Friday, 9 October 2015

STUDI KELAYAKAN BISNIS ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI





A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis, teknologi dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun.[1]
Studi kelayakan Aspek teknik dan teknologi mulai dilakukan Setelah aspek pemasaran telah dilakukan studi kelayakan bisnis dan dinyatakan bahwa proyek atau bisnis tersebut layak dari segi pemasaran. Selanjutnya hal yang perlu dilakukan yaitu dengan melakukan studi kelayakan aspek teknik dan teknologi yang meliputi strategi produksi dan perencanaan produk, proses pemilihan teknologi untuk produksi, penentuan kapasitas produksi yang optimal, letak pabrik dan layoutnya serta letak usaha dan layoutnya, rencana operasional jumlah produksi, rencana pengendalian persediaan bahan baku dan barang jadi, dan pengawasan kualitas produk baik dalam bentuk barang ataupun jasa. 
Pemilihan terhadap jenis teknologi yang digunakan juga perlu dijelaskan, baik mengenai jenis jumlah dan ukuran bila diperlukan serta alasan-alasan dalam pemilihan, dihubungkan dengan masalah yang dihadapi disamping investasi lainnya.[2]
Tujuan studi kelayakan bisnis aspek teknik dan teknologi adalah untuk memastikan apakah secara teknis dan pilihan teknologi tertentu, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau tidak layak, baik ada saat pembangunan proyek maupun operasional rutin.[3]
Rumusan Masalah :      
§   Apa saja yang dianalisa dalam melakukan studi kelayakan aspek teknik dan teknologi?
Dari rumusan masalah diatas maka penulis akan membahas tentang poin-poin yang perlu dianalisa dari aspek teknik dan teknologi.

B.     PEMBAHASAN
  1. Penentuan Strategi Produksi dan Perencanaan Produk
Agar jasa dapat memenuhi kebutuhan konsumennya, sebelum melempar jasa ke pasar, biasa nya perusahaan lebih dulu melakukan kegiatan penelitian, seperti penelitian pasar dan pemasaran. Berdasarkan masukan yang diperoleh dari penelitian pasar dan pemasaran ini, ditetapkanlah macam-macam produk sebagai alternatif. Mengacu pada produk ini akan dikaji pula kaitannya dengan aspek-aspek yang lain, seperti aspek keuangan, SDM, dan lainnya.[4]
Setelah beberapa alternatif ide produk tersaring, selanjutnya akan dikaji produk (beberapa produk) apa yang menjadi prioritas untuk diproduksi. Biasaya, penetapan produk (produk-produk) tersebet dilakukan melalui beberapa tahapan pekerjaan. Tahapan pada umumnya dimulai dengan penetuan ide produk. Setelah itu, pembuatan desain produk awal untuk berikutnya di tindaklanjuti dengan pembuatan prototipe. Selanjutnya, jika prototipe dinyatakan baik, tahapan berikutnya adalah mengimplementasikan dengan memproduksinya. Jadi, proses desain adalah suatu proses yang berulang. Informasi baru yang diberikan oleh pemakai dapat dimanfaatkan untuk menemukan cara-cara meningkatkan desain, misalnya untuk penghematan biaya produksi ataupun untuk mencapai sasaran kualitas. Selanjutnya, berdasarkan desain yang ditetapkan tersebut, perencanaan proses produksi dilakukan dengan menetapkan rincian spesifikasi pross serta urusan secara cermat.[5]


  1. Proses Pemilihan Teknologi untuk Produksi
Teknologi untuk memproduksi barang maupun jasa telah dan terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Kemajuan teknologi hendaknya berdampak efisiensi yang tinggi dalam proses produksi sekaligus menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Namun, selain terdapat keuntungan-keuntungan adapula kelemahan-kelemahan dalam hal perkembangan teknologi ini. Misalnya, perkembangan teknologi belum tentu cocok dengan lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan exsternalnya.[6]
Suatu produk tertentu biasanya dapat diproses dengan lebih dari satu cara. Dengan demikian, teknologi yang dipilih pun perlu ditentukan secara jelas. Patokan umum dapat dipakai misalnya adalah dengan mengetahui seberapa jauh derjat mekanisasi yang di inginkan da manfaat ekonomi yang diharapkan. Beberapa kriteria lainnya adalah kesesuaian dengan bahan yang dipakai, keberhasilan pemakain teknologi di tempat lain, kemampuan tenaga kerja dalam pengoperasian teknologi, dan kemampuan antisipasi terhadap teknologi lanjutan.[7]
Pemilihan teknologi proses produksi berarti memilih proses menghasilkan produk atau pelayanan, termasuk jenis teknologi dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Setelah keputusan pemilihan dijatuhkan, tindakan selanjutnya adalah menentukan denah, jenis peralatan, fasilitas penunjang, dan desain engineering yang diperlukan.
Pada dasarnya dikenal dua jenis teknologi proses produksi, yaitu :[8]
§  Proses Kontinu
Proses ini umumnya dimaksudkan untuk menghasilkan volume output yang besar. Karena sifat operasinya yang berulang-ulang, maka dapat dicapai optimasi dan efisiensi yang tinggi dalam peggunaan sumber daya, baik peralatan maupun tenaga kerja. Contoh : pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan keperluan sehari-hari, seperti pesawat televisi, mesin cuci dan lain-lain. Industri-industri seperti kilang minyak, pupuk juga menerapkan proses kontinu
§  Proses Intermitten atau Batch
Proses ini digunakan bila pabrik menangani bermacam-macam proses yang berbeda. Misalya satu set rangkaian peralatan tertentu disusun untuk memroses satu agregat atau batch produk tertentu, kemudian dihentikan dan di set kembali untuk memroses jenis produk lain yang berbeda. Peralatannya terdiri dari mesin-mesin yang berfungsi multipurpose sehingga lebih fleksibel, yaitu dapat memenuhi lebih dari satu variasi produk.
Ada berbagai macam faktor perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis teknologi, yaitu:[9]
Pertama, jenis teknologi yang diajukan harus dapat menghasilkan mutu produksi yang dikehendaki pasar. Kedua, teknologi tersebut harus cocok dengan persyaratan yang diperlukan untuk mencapai kapasitas produksi ekonomis yang telah ditentukan.
Pilihan jenis teknologi juga akan dipengaruhi oleh kemungkinan pengadaan tenaga ahli, bahan baku dan pembantu yang diperlukan untuk penerapannya. Dalam studi kelayakan proyek hendaknya diperhatikan pula jenis dan jumlah tenaga ahli, bahan baku dan pembantu tersebut serta kemungkinan pengadaan dan biayanya, baik untuk jangka pendek maupun panjang.
1.    Faktor pengadaan teknologi
Untuk proyek-proyek seperti ini faktor pengadaan teknologi, termasuk tenaga ahli tidak terlalu sulit; yang perlu diperhitungkan oleh pemilik proyek hanyalah penyediaan tenaga lokal yang akan menerima pendidikan dari tenaga ahli produsen mesin. Dalam hal ini faktor pengadaan teknologi berikut tenaga ahlinya harus benar-benar diperhitungkan, termasuk jumlah biayanya.
Bilamana teknologi yang diperlukan harus diperoleh dari perusahaan lain, perlu pula diteliti cara pengadaan mana yang paling manguntungkan. Secara umum hak patent dapat diperoleh dengan tiga macam cara yaitu, menyewa, membeli dan mendirikan perusahaan patungan dengan pemilik patenr. Diantara pemilik dan penyewa akan diatur hak penggunaan teknologi dan pengalihan keahlian tertentu dengan syarat-syarat yang disetujui kedua belah pihak. Di dalam perjanjian sewa-menyewanya akan dicantumkan dengan jelas dan terperinci batasan teknologi yang disewakan seperti, garansi dari pemilik, tanggung jawab penyewa, jumlah penyewa, jumlah biaya penyewaan, jangka waktu perjanjian serta jenis bahan, peralatan dan tenaga ahli yang diperlukan.
2.    Pemilihan mesin dan peralatan
Pemilihan mesin dan peralatan seta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Keadaan tersebut menjadi lain bilamana pengadaan teknologi dan mesin harus dilakukan secara terpisah. Macam-macam faktor non teknologis yang lainnya:
(a)    Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat pembongkaran pertama sampai ke lokasi proyek.
(b)    Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin dan peralatan yang ada di sekitar lokasi proyek.
(c)    Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan peralatan tersebut.
3.    Gedung dan bangunan lain
Berdasarkan penentuan jenis teknologi dan mesin serta peralatan yang akan digunakan, disusunlah perkiraan jumlah biaya yang diperlukan untuk membangun gedung pabrik serta bangunan lain yang diperlukan. Dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan untuk biaya kebutuhan dana pembangunan gedung yaitu:
(1)    Biaya pematangan tanah;
(2)    Biaya pembangunan gedung terdiri dari gedung pabrik, kantor gudang, ruangan rekreasi dan perumahan karyawan inti (jika diperlukan)
(3)    Biaya pembangunan pagar, selokan, jalan, tempat parkir, penerangan, instalasi untuk menetralkan limbah dan sebagainya.


  1. Penentuan Kapasitas Produksi
Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas dari unit produksi untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Kapasitas dapat dilihat dari sisi masukan (input) atau keluaran (output). Contoh kapasitas dari masukan (input), misalnya adalah kapasitas suatu perguruan tinggi dapat dilihat dari kemampuannya untuk menampung mahasiswa; kapasitas mesin komputer didasarkan pada jam kerja operasi per harinya. Contoh kapasitas dari keluaran (output) misalnya, pabrik tempe di ukur dari kemampuannya meghasilkan tempe; kapasitas perusahaan jasa rekrument ditentukan dalam penyeleksian calon karyawan.[10]
Kapasitas produksi ekonomis adalah volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satuan waktu tertentu misalnya satu hari, bulan atau tahun secara menguntungkan. Menentukan kapasitas produksi ekonomis bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, namun penting peranannya karena hasil yang ditentukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi operasi proyek yang akan didirikan. Di dalam kegiatan ini diperlukan kerjasama yang erat antara para teknis dan ekonom. Besar kapasitas produksi ekonomis ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang, kemungkinan pengadaan bahan baku, pembantu dan tenaga kerja inti dan tersedianya mesin dan peralatan di pasar (dalam atau luar negeri).[11]
Ada kemungkinan besar produk yang akan dihasilkan masih merupakan barang baru di masyarakat; oleh karenanya dibutuhkan tahap pengenalan dan pembinaan pasar terlebih dahulu. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah walaupun pada tahun-tahun awal operasi belum dipergunakan kapasitas optimal, hendaknya diperhitungkan agar kapasitas produksi awal yang dipilih masih lebih besar dari perkiraan permintaan produk selama masa tersebut. Strategi ini diperlukan agar proyek dapat mengikuti perkembangan permintaan pasar secara cepat, yang berarti pula dapat menjaga agar saingan baru tidak mudah memperoleh kedudukan di pasar. Untuk menjaga agar proyek tidak merugi karena strategi ini, maka hendaknya diperhitungkan agar jumlah kelebihan kapasitas produksi masih di bawah tingkat titik impas (break even point) proyek yang direncanakan.[12]

  1. Lokasi Usaha dan Layout
Ø  Lokasi Usaha
Ada tiga faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan penentuan lokasi yaitu:[13]
(1)    Strategi pemerintah dalam pembangunan proyek industri.
      Pemerintah, baik tingkat pusat maupun daerah mempunyai peranan tertentu dalam menunjang pembangunan industri dalam negeri. Peranan tersebut berupa dukungan, bimbingan ataupun pemberian keringanan dan fasilitas yang kadangkala dikaitkan dengan kegiatan investasi proyek di daerah-daerah yang ditentukan.
(2)    Bobot pengaruh letak daerah pemasaran produk dan sumber bahan baku terhadap efisiensi operasi proyek.
      Pusat daerah pemasaran produk dan sumber bahan baku mempunyai pengaruh yang berlainan pada tiap jenis industri. Ada industri yang memerlukan lokasi di dekat pusat pemasaran produk, ada jenis lain yang perlu berdekatan dengan sumber bahan baku. Cara yang paling sederhana dalam menentukan lokasi proyek sehubung dengan letak pasar dan bahan baku, adalah memperbandingkan kemudahan dan biaya pengangkutan bahan baku ke pabrik dengan barang jadi dari pabrik ke pusat pemasaran.
(3)    Faktor lingkungan setempat.
      Kondisi infrastruktur lokasi yang diteliti merupakan salah satu faktor utama yang harus diperhatikan sebelum menentukan pilihan. Dalam banyak hal kondisi infrastruktur juga akan mempunyai saham atas besar kecilnya jumlah biaya yang diperlukan untuk membangun proyek secara keseluruhan.
      Faktor pengadaan tenaga kerja ahli dan terlatih merupakan aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi. Di samping infrastruktur dan lingkungan seperti yang diuraikan di atas ada dua faktor lain yang perlu dipertimbangkan sebelum menentukan letak pabrik, yaitu harga tanah serta biaya persiapan dan pematangan tanah sehingga siap untuk ditempati.
Bagi bisnis jasa, letak lokasi fasilitas jasa dapat di bagi dua. Pertama: pelanggan datang ke lokasi fasilitas jasa, seperti pasien datang ke tempat praktek dokter. Kedua: penyedia jasa mendatangi konsumen, seperti mobil pemadam kebakaran mendatangi lokasi kebakaran. Penentuan lokasi fasilitas jasa perlu mempertimbangkan banyak hal, antara lain : mudah dan dapat diakses oleh konsumen, lalu lintas orang-orang, kepadatan dan kemacetan lalu-lintas, tempat parkir yang memadai, dapat diperluas, lingkungan yang mendukung usaha, kesesuain dengan lokasi pesaing, dan izin lokasi dari pihak berwenang.
Ø  Layout (Tata Letak)
Tujuan utama layout adalah optimalisasi pengaturan fasilitas-fasilitas operasi sehingga nilai yang diciptakan oleh sistem produksi menjadi maksimum. Berbagai pola layout seperti layout fungsional, layout produk, layout kelompok, layout posisi tetap dapat diterapkan dalam perusahaan. Namun yang terpenting dari penentuan layout adalah memenuhi tujuan utama sebagaimana tersebut diatas.[14]
Adapun kriteria yang dapat digunakan untuk menilai layout pabrik menurut Suad Husnan dan Swarsono sebagai berikut :[15]
§       Adanya konsistensi dengan teknologi produksi
§  Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain.
§  Penggunaan ruangan yang optimal
§  Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian  maupun ekspansi
§  Meminimalisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.
Bagi bisnis jasa, tataletak (layout) fasilitas jasa yang tersedia akan berpengaruh pada persepsi pelanggan atas kualitas suatu jasa. Jadi, persepsi pelanggan terhadap suatu jasadapat di pengaruhi oleh suasan yang dibentuk oleh eksterior fasilitas jasa tersebut, sehingga tataletak dan lingkungan tempat penyampaian jasa penting diperhatikan. Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam tataletak fasilitas jasa meliputi:[16]
o    Pertimbangan spasial. Maksudnya adalah aspek-aspek seperti simetri, proporsi, tekstur, warna, dan lain-lain hendak dipertimbangkan, dikombinasikan, dan dikembangkan untuk memancing respons intelektual maupun emosional para pemakai atau orang yang melihatnya.
o    Perencanaan ruangan. Unsur ini memiliki perancangan interior dan arsitektur, seperti penempatan perabotan dan perlengkapannya dalam ruangan, desain aliran sirkulasi, dan lain-lain.
o    Perlengkapan/perabotan. Unsur ini memiliki berbagai fungsi, antara lain sebagai tolak ukur status pemilik atau penggunanya.
o    Tatacahaya. Unsur ini selain berfungsi sebagai penerang ruangan, hendaknya juga memperhatikan aktivitas-aktivitas yang dilakukan diruangan tersebut agar sesuai dengan persepsi  penyedia jasa dan pelanggan mereka.
o    Warna. Banak orang yang menyatakan bahwa warna memiliki bahasanya sendiri karna dapat menggerakkan prasaan dan emosi. Dengan begitu, pemilihan warna untuk ruangan menjadi penting.
o    Pesan-pesan yang disampaikan secara grafis. Aspek-aspek penting dan saling terkait dalam undur ini adalah penampilan visual, penempatan, pemilihan bentuk fisik, pemilihan warna, pencahayaan, dan pemilihan bentuk perwajahaan lambang atau tanda yang digunakam untuk maksud tertentu (misalnya penunjuk arah/tempat, keterangan/informasi, dan sebagainya).
Dalam industri jasa, desain dan tata letak fasilitas jasa erat hubungannya dengan pembentukan persepsi pelanggan. Hal ini dapat gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas jasa tersebut di mata pelanggan. Misalnya, pelanggan yang ingin mencari kenyaman suasana dalam menikmati hidangan di restorant akan lebih menyukai restorant yang desainnya menarik. Ada beberapa faktor utama yang berpengaruh dalam desain fasilitas jasa, seperti:[17]
·         Sifat dan tujuan perusahaan itu sendiri, karna hal ini akan menentkan berbagai persyaratan desainnya.
·         Ketersediaan tanah dan kebutuhan akan ruang dan tempat dmana jasa akan ditawarkan.
·         Fleksibilitas desain apabila volume permintaan yang berunah-ubah dan spesifikasi jasa yang cepat berkembang
·         Faktor estetis, penataan ang rapi dan menanrik pada fasilitas jaa akan dpat meningkatka sikap positif pelanngan terhadap suatu jasa.
·         Masyarakat dan lingkungan skitar fasilitas jasa berpengaruh terhadap perusahaan, baik secara positif maupun negatif dlihat dari sisi perusahaan
·         Biaya kontruksi dan operasi serta sumber daya lain.
  1. Rencana Operasional Jumlah Produksi
Aktifitas produksi hendaknya direncanakan dengan baik, sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak terlalu banyak atau terlalu sedikit. Dalam industri jasa, ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi perencanaan jumlah produksi perusahaan, yang biasanya dijadikan sebagai pembatas terhadap jumlah produksi yang akan dihasilkan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:[18]

v Permintaan. Jumlah permintaan konsumen dapat diperkirakan dengan cara-cara seperti yang telah dipaparkan pada bab mengenai aspek pasar dan pemasaran di depan.
v Kapasitas. Jumlah permintaan hanya dapat disediakan berdasarkan pada kapasitas yang dimiliki oleh sumber daya yang tersedia, terutama SDM.
v Suplai bahan. Biasanya, jumlah bahan yng tersedia terbatas, bukan hanya jumlah, akan tetapi juga kesinambungan penyediaan, usia bahan, dan fluktual harganya.
v Modal kerja. Kemampuan modal kerja dalam membiayai produksi hendaknya tersedia sesuai dengan kebutuhannya.
  1. Rencana Pengendalian Persediaan Bahan Baku dan Barang Jadi
Persediaan barang dalam kegiatan proses jasa biasanya digunakan untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang meningkat secara tajam ataupun utnuk menghadapi kemungkinan berkurangnya suplai bahan baku agar proses jasa tidak terganggu. Jumlah persediaan barang hendaknya sesuai dengan kebutuhan, janga terlalu banyak atau terlalu sedikit. Untuk mengendalikan hal seperti ini memerlukan manajemen persediaan. Manajemen persediaan barang ada 2 macam, yaitu yang permintaannya bersifat independen, dimana permintaan bahan tidak tergantung pada produksi barang lain; dan yang bersifat dependen, dimana sifat permintaan barang yang tergantung pada jumalah suatu produk yang dibuat.[19]

Dalam bisnis jasa bahan yang digunakan lebih sedkit dibandingkan bisnis manufaktur, walaupun demikian, manajemen persediaan tetap penting untuk dikaji. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain adalah:[20]
§   Penentuan jumlah Order. Menentukan jumlah order setiap kali pesanan secara sederhana dapat menggunakan bermacam-macam model. Seperti model Economic Order Quantity (EOQ), serta model-model operation research lainnya.
§   Safety stock. Secara sederhana, penetuan jumlah barang persediaan untuk pengamanan ini perlu dianalisi agar ia tidak berlebih atau kurang.
§   Inventory System. Suatu cara untuk menentukan bagaimana dan kapan suatu pembelian dilakukan untuk mengisi persediaan barang. Pada dasarnya ada dua cara, yaitu sistem reorder point dan sistem periodic.

Bahan baku, Pembantu dan Pendukung Lainnya
Agar dapat bekerja dengan lancar proyek membutuhkanbahan baku, pembantu dan bahan pendukung operasi pabrik dalam jumlah tertentu. Bahan-bahan tersebut harus dapat memenuhi standar syarat teknis produksi yang ditentukan misalnya standar mutu, serta dapat tersedia dalam jumlah yang cukup setiap saat diperlukan.[21]
Ø  Bahan baku dan pembantu
Tersedianya bahan baku dan pembantu secara konstan dengan harga yang wajar merupakan salah satu syarat agar proyek dappat beroperasi secara sehat di bidang teknis dan komersial.
Ø  Bahan pendukung operasi pabrik
Di samping bahan baku dan pembantu, semua jenis pabrik membutuhkan berbagai macam bahan pendukung operasi sehari-hari misalnya minyak solar, air, tenaga penggerak dan suku cadang mesin.
Pendirian Usaha atau proyek yang dekat dengan bahan baku juga mempunyai beberapa keunggulan, antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan. Dilihat dari ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi usaha/proyek yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan dalam jangka panjang.[22]
Contoh : apabila lokasi pabrik kertas yang berorientasi pada pasar, keadaan ini bisa menyulitkan usaha/proyek tersebut diliha dari biaya transportasi maupun kelancaran supply bahan baku. Jumlah bahan baku yang diangkut jauh lebih besar daripada jumlah barang jadi. Keadaan ini telah menyebabkan ongkos angkut bahan mentah lebih besar daripada barang jadi. Dalam waktu lama kesalahan memilih lokasi akan mempengaruhi aktivitas perusahaan, baik sebagai akibat sulitnya pengadaan transportasi (ongkos angkut bahan mentah yang lebih besar) maupun jauhnya lokasi proyek/pabrik dengan bahan baku yang tidak menjamin kelancaran supply bahan baku karena pengaruh pengangkutan dan variabel-variabel lainnya.[23]
Berdasarkan contoh diatas, dekat tidaknya lokasi usaha dengan pasar atau bahan baku tergantung pada biaya pengangkutan dari bahan mentah dan bahan jadi. Semakin kecil peranan ongkos angkut, semakin tidak berpengaruh pula faktor pasar dan bahan baku dalam menentukan lokasi usaha/proyek yang direncanakan.


  1. Pengawasan Kualitas Produk, Baik Dalam Bentuk Barang Ataupun Jasa
Kualitas jasa merupakan suatu kesatuan karakteristik tertentu yang menentukan apakah jasa dapat memenuhi haraan para konsumen. Kualitas dapat dipahami dengan menggunakan trilogi manajerial, yang meliputi perencanaan, perbaikan, dan pengendalian. Trilogi yang sama dapat juga di terapkan pada bidang kualitas.[24]
Perencanaan kualitas. Aktifitas ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
v  Menentukankan siapa konsumennya
v  Menentukan apa kebutuhan atau keinginan konsumen
v  Mengembangkan jasa dan kualitas yang sesuai
v  Mengembangkan proses jasa sebagai pedoman bagian operasi/produksi.
Pengendalian kualitas. Aktivitas ini dilakukan pada tahap operasi, langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
v  Evaluasi performansi aktual.
v  Membandingkan performansi aktual dengan sasaran yang direncanakan.
v  Mengambil tindakan terhadap penyimpangan
Perbaikan Kualitas. Ketiga aktifitasa dari trilogi itu ditujukan untuk mencapai tingkat yang lebih baik dri pada sebelumnya.
C.     KESIMPULAN
Aspek teknis dan teknologi merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis, teknologi dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknik berkaitan dengan proses produksi, dimulai dari bagaimana strategi dan perencanaan produksi sampai kepada kapasitas dan volume produksi. Selain itu, dari aspek teknologi berkaitan dengan peralatan yang digunakan, seperti mesin, ataupun teknologi yang mendukung proses produksi serta operasional suatu perusahaan. Tidak hanya itu, perencanaan letak usaha dan layout juga menjadi bagian dari studi kelayakan aspek teknik dan teknologi, karena hal tersebut akan menentukan ukuran dari bangunan yang akan dibangun.




















DAFTAR PUSTAKA

              Husnan, Suad dan Suwarsono. (1994). Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
              Ibrahim, Yakob. (1998). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta.
              Herlianto, Didit dan Triani Pujiastuti. (2009). Sudi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Umar, Husein. (2003). Studi Kelayakan dalam Bisnis Jasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
  Soeharto, Imam. (2001). Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Erlangga.
Siswanto, Sutojo. (1993). studi kelayakan proyek. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo.
Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. Yogyakarta : J & J Learning.

 




[1] Suad Husnan dan Suwarsono. (1994). Studi Kelyakan Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Hal. 110
[2] Yakob Ibrahim. (1998). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta. Hal. 94
[3] Didit Herlianto dan Triani Pujiastuti. (2009). Sudi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 19
[4] Husein Umar. (2003). Studi Kelayakan dalam Bisnis Jasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 36
[5] Ibid
[6] Ibid hal. 38
[7] Ibid hal. 38-39
[8] Imam Soeharto. (2001). Studi Kelayakan Proyek Industri. Jakarta : Erlangga. Hal. 51
[9] Sutojo Siswanto, (1993). studi kelayakan proyek. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo. hlm 52-53
[10] Husein Umar, Op. Cit. Hal. 39
[11] Sutojo Siswanto, Op. Cit. Hal. 50
[12] Ibid
[13] Ibid hal. 60
[14] Suratman. (2001). Studi Kelayakan Proyek : Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan. Yogyakarta : J & J Learning. Hal. 84
[15] Ibid
[16] Husein Umar, Op. Cit. Hal. 39-40
[17] Ibid hal. 41
[18] Ibid
[19] Ibid hal. 42
[20] Ibid hal. 42-43
[21] Sutojo Siswanto, Op. Cit. Hal. 57-60
[22] Suad Husnan dan Suwarsono, Op. Cit. hal. 120
[23] ibid
[24] Husein Umar, Op. Cit. hal. 43

6 comments:

  1. Bismillah Ijin copy ya

    ReplyDelete
  2. Halo semuanya, saya ingin Anda tahu bahwa jika Anda di sana mencari siapa yang kami pandu tentang cara berinvestasi dalam mata uang kripto, hubungi kami sekarang whatsapp: +15163602979 untuk info lebih lanjut.
    Perhatikan bahwa kami memiliki penawaran bagus untuk Anda dengan minimum $250 memberikan $2000 atau dengan $1000 memberikan $10,000.00 dalam 7 hari kerja .
    Terima kasih.

    ReplyDelete